Untuk memiliki otot yang bagus, tentu kita harus rutin berolahraga. Apalagi jika ingin meningkatkan massa otot, latihan beban jadi sebuah kewajiban deh. Dengan semangat yang mengebu-gebu, kita malah jadi berolahraga setiap hari. Harapannya sih biar otot jadi lebih cepat terbentuk, tapi ternyata salah besar kawan-kawan! Olahraga setiap hari tanpa jeda justru meningkatkan resiko terjadinya overtraining syndrome.
Overtraining syndrome dapat didefinisikan menjadi dua kondisi. Pertama, sebagai kondisi kelelahan akut akibat terlalu kelelahan terhadap intensitas latihan yang dilakukan. Kedua, sebagai kondisi tubuh yang menurun (drop) akibat kurangnya waktu pemulihan (recovery). Overtraining syndrome ini masih sering dianggap sepele lho, padahal efeknya berbahaya. Berikut adalah tanda-tanda dari overtraining syndrome.
- Nyeri otot
Merasakan nyeri sehabis olahraga memanglah wajar. Namun, apabila rasa nyeri ini bertahan hingga 3-4 hari bahkan lebih, maka ini adalah tanda overtraining. Melakukan latihan sampai melewati batas kemampuan dapat membuat otot menjadi tegang. Jika tidak melakukan pemulihan, hal ini pun dapat memicu nyeri otot dan cedera. Bahkan parahnya, otot juga bisa mengalami microtears atau robekan kecil .
- Cedera
Seperti yang kita ketahui, berolahraga dengan intensitas ekstrem tentunya akan meningkatkan resiko cedera otot. Misalnya berlebihan melakukan olahraga lari. Bukan tidak mungkin, anda bisa mengalami stress fracture, yakni munculnya celah kecil pada tulang. Selain itu juga beresiko mengalami ketegangan sendi, cedera jaringan lunak, dan patah tulang.
- Kelelahan ekstrem
Lelah setelah olahraga juga adalah hal yang wajar. Tubuh yang sudah mengalami kelelahan jika dipaksa untuk latihan kembali dapat mengakibatkan kelelahan ekstrem. Kelelahan juga akan semakin mudah terjadi jika kekurangan asupan energi sebelum olahraga. Alih-alih tubuh akan menggunakan cadangan dari karbohidrat, protein, dan lemak sebagai sumber energi.
- Penurunan nafsu makan dan berat badan
Biasanya, setelah olahraga tubuh akan merasa lelah kemudian munculah rasa lapar. Namun ketika mengalami overtraining, rasa lapar ini justru berkurang. Hal ini karena adanya ketidakseimbangan hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang pada tubuh. Lambat laun, hal ini pun berdampak pada penurunan berat badan.
- Penurunan performa
Alih-alih meningkatkan performa, olahraga dengan intensitas yang berlebihan justru menurunkan performa kita. Hal ini kondisi tubuh yang tidak optimal sehingga daya konsentrasi atau fokus, kelincahan, kekuatan, stamina, daya tahan, bahkan reaksi terhadap ancaman juga menurun.
- Gangguan tidur
Olahraga berlebihan juga dapat menimbulkan ketidakseimbangan hormon stres atau kortisol pada tubuh. Hal ini pun berdampak pada kualitas tidur karena pada saat tidur, terjadi pelepasan hormon stres. Dengan demikian terjadilah insomnia atau kesulitan tidur. Namun, tak jarang karena merasakan kelelahan yang ekstrem, tubuh malah memberikan sinyal untuk tidur lebih banyak sehingga terjadilah kelebihan tidur.
- Mudah sakit
Saat berolahraga, tubuh secara aktif mengeluarkan energi untuk memperbaiki otot. Dengan demikian, sistem imun tidak dapat bekerja maksimal untuk melindungi kita dari penyakit. Apalagi jika olahraga yang dilakukan berlebihan, kelelahan yang dirasakan justru akan menurunkan sistem imun dan menyebabkan kita rentan terhadap penyakit.
- Perubahan emosional
Selain memengaruhi fisik, olahraga dengan intensitas yang berlebihan juga berdampak pada mental kita. Hal ini terjadi karena adanya perubahan hormon dalam tubuh. Saat mengalami overtraining, seseorang akan cenderung mengalami perubahan mood. Selain itu, juga menjadi mudah tersinggung, motivasi menurun, mengalami stres, hingga kehilangan daya konsentrasi atau susah fokus.